Sekeping kehancuran kelabu masih terukir
Meronta-ronta selagi hati terjerat
Kusam aku dekap pahit aku dapat
Pikiran malayang tak karuan
Asmara semu luluh terkatup
Dalam lincahan gerak nadi kehidupan
Masih aku pikul jeritan jiwaku
Seberat aku tahan asam aku telan
Derita jiwa ini menyatu membukit
Keronkongan parau nafaspun sesak
Di dalam hati yang dalam
Di dalam sukma kalbuku
Raga melanglangbuana
Terlunta-lunta oleh sekeping kehancuran
Masih aku pikul tindihan beban diriku
Dalam gelisah jiwa yang hancur
Meronrong nurani
Mengikis keimanan
Hangatnya kehancuranpun menguak
Sungguh aku tak bisa meneruskan
Perjalananku yang panjang ini akan terhenti
Betapa indah aku lihat dirinya
Saat tersenyum di embun yang menanti pagi
Wahai Kasih...
Seandainya saja aku bisa seperti yang lain
Pasti aku bisa merasakan cinta
Bersamamu seperti yang dulu
Kini bagiku telah terlambat
Aku hanya bisa berteman dengan malam
Dengan melihat bintang diangkasa
Yang terlarut dijiwa dengan kesendirian ku
Perjalanan kisah tak pernah berhenti terpetik
Tetap menggema di lorong-lorong yang dalam
Dan kali ini aku bersama jiwa yang terpasung
Tersegi tiga antara ia dan bayanganmu berangsur hadir disetiap sepiku
Mungkin...
Benar adanya saat kita terpikirkan atas seseorang
Maka mereka sesungguhnya ada dalam kondisi sama
Bercumbu dengan roman bayangan kita
Sama-sama terbius nuansa lamun yang menyihir
Tidaklah itu yang kuinginkan...
Sepintas meyakinkan diri atas cinta yang tekati
Karna ayahku bilang
"cinta bukan hanya kekuatan hebat tentang rasa,
cinta percaya diri untuk bisa membahagiakan orang yang kita sayangi"
Sementara padamu (?)
Aku bahkan sama sekali tak memiliki itu...
Bukan ingin membuka luka kemudian membasahinya dengan ini
Tapi aku hanya menyapa rasa percaya diri
Mengayun laju lintasi perjalanan
Maka biarlah kita jadi bagian dari masalalu
Terkenang...
Serta jadi taman terindah yang bakal kerap kita kunjungi
Dan jujur aku bangga pernah menyulam mimpi bersamamu
Meronta-ronta selagi hati terjerat
Kusam aku dekap pahit aku dapat
Pikiran malayang tak karuan
Asmara semu luluh terkatup
Dalam lincahan gerak nadi kehidupan
Masih aku pikul jeritan jiwaku
Seberat aku tahan asam aku telan
Derita jiwa ini menyatu membukit
Keronkongan parau nafaspun sesak
Di dalam hati yang dalam
Di dalam sukma kalbuku
Raga melanglangbuana
Terlunta-lunta oleh sekeping kehancuran
Masih aku pikul tindihan beban diriku
Dalam gelisah jiwa yang hancur
Meronrong nurani
Mengikis keimanan
Hangatnya kehancuranpun menguak
Sungguh aku tak bisa meneruskan
Perjalananku yang panjang ini akan terhenti
Betapa indah aku lihat dirinya
Saat tersenyum di embun yang menanti pagi
Wahai Kasih...
Seandainya saja aku bisa seperti yang lain
Pasti aku bisa merasakan cinta
Bersamamu seperti yang dulu
Kini bagiku telah terlambat
Aku hanya bisa berteman dengan malam
Dengan melihat bintang diangkasa
Yang terlarut dijiwa dengan kesendirian ku
Perjalanan kisah tak pernah berhenti terpetik
Tetap menggema di lorong-lorong yang dalam
Dan kali ini aku bersama jiwa yang terpasung
Tersegi tiga antara ia dan bayanganmu berangsur hadir disetiap sepiku
Mungkin...
Benar adanya saat kita terpikirkan atas seseorang
Maka mereka sesungguhnya ada dalam kondisi sama
Bercumbu dengan roman bayangan kita
Sama-sama terbius nuansa lamun yang menyihir
Tidaklah itu yang kuinginkan...
Sepintas meyakinkan diri atas cinta yang tekati
Karna ayahku bilang
"cinta bukan hanya kekuatan hebat tentang rasa,
cinta percaya diri untuk bisa membahagiakan orang yang kita sayangi"
Sementara padamu (?)
Aku bahkan sama sekali tak memiliki itu...
Bukan ingin membuka luka kemudian membasahinya dengan ini
Tapi aku hanya menyapa rasa percaya diri
Mengayun laju lintasi perjalanan
Maka biarlah kita jadi bagian dari masalalu
Terkenang...
Serta jadi taman terindah yang bakal kerap kita kunjungi
Dan jujur aku bangga pernah menyulam mimpi bersamamu
Komentar